Warung Tegal (Warteg), Rumah Makan Padang sudah tidak asing lagi bagi kita, apalagi di Ibu Kota Jakarta keduanya sangat mudah di temui di pinggir-pinggir jalan.
Warteg yang berasal dari Tegal mempunyai masakan khas, nasi lengkok, menu ini sejenis gado-gado/lotek, namun agak berbeda. Kalau di Jogja tepatnya di samping UTY ada warteg satu-satu di jalan itu dan lengkok menjadi menu yang paling laris, cukup murah di sana, nasi lengkok plus gorengan 2 (dua) hanya Rp.2.500,-. Semur jengkol, orek (kering tempe) di pastikan ada di setiap warteg.
Kalau di Jakarta kedua Masakan kedaerah tersebut mempunyai pangsa pasar berbeda-beda, warteg lebih kepada kelas ke bawah, kalau padang lebih ke segala kelas. Tapi ini tidak menjadi keharusan.
Andaikan ciri khas masakan kedaerahan itu bisa menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang di kenal oleh negara-negara lain, mungkin ini akan menjadi kfc nya Indonesia yang beromset milyaran.
Sekarang produnya sudah ada dan tinggal bagaimana peran pemerintah membantu dalam hal promosi, mungkin bisa di paksa kalau ada tamu negara di suguhi masakan-masakan tersebut.
Di daerah Grogol tepatnya di Jalan Makelele ada warung daerah yang agak nyleneh memberi nama, yaitu warung nasi Bantul, memang pedagan dan sekaligus memiliknya adalah Orang dari Bantul, Yogyakarta, masakannya pun masakan rumahan biasa, namun ini menjadi menarik ketika orang berani untuk memunculkan ciri khas daerah di era modernisasi.
No comments:
Post a Comment