Tiket.com

Agenda Kapitalisme Global

Tidak ada suatu kebijakan di dunia ini tanpa kepentingan, begitu juga agenda baik satu negara, dua atau multi, semua sarat dengan kepentingan modal.

Untuk agenda global pastilah kepentingan ada pada nasionalnya yang di baking kepentingan modal. Kalau semua mempunyai kepentingan yang berbeda-beda, bagaimana akan menjadi agenda bersama? Pertanyaan tersebut akan selalu di pertanyakan sampai kapan pun di dunia ini sampai kiamat.

Untuk pertemuan internasional yang akan membahas agenda global, masing-masing negara akan memberikan pandanganya biasanya. Namun hal tersebut hanya menjadi pelengkap, kenapa? Karena pandangan dari negara berkembang akan dihiraukan oleh negara maju. Negara berkembang (selatan) selalu kalah dalam pertemuan internasional.

Tanpa panjang-panjang bajwa kepantingan itu tidak lain adalah kepantingan ekonomi nasional. Negara maju selalu mempertahankan dal tersebut, dan selalu menang karena mempunyai daya tawar yang kuat dibanding negara selatan. Negara maju yang didukung oleh TNCs dan MNCs bagaikan bahan bakar ekonomi. Tanpa mereka perekonomian negara selatan tidak akan halan. Sebenarnya hal tersebut dipengaruhi oleh hegemoni negara maju, dimana negara berkembang hanya menjadi obyek saja.

Sungguh menjadi negara yang mandiri sangat sulit, sebenarnya negara di dunia ini mayoritas adalah negara berkembang dengan logika tersebut negara berkembang dapat mengalahkan/bersaing dengan negara yang telah maju.

Seperti Jepang, Jepang adalah negara termandiri diantara negara-negara lain, di ASIA, Jepang tidak ikut apa-apa, tapi dengan kemandirianya dapat berkembang dengan cepat menyaingi negara-negara lain. Petut ditiru mungkin seperti negara Jepang.

Sejarah Agenda Global
Setelah perang dunia ke II era Imperalisme Kolonialisme hancur dan berubah menjadi era developmentalisme. Sudah menjadi seperti kebiasaan, setelah perang terus diikuti dengan rekontruksi. Era imperalisme kolonial, terjadi eksploitasi besar-besaran atas negara maju terhadap negara berkembang. Selama berabad-abad berjalan menimbulkan perlawanan yang begitu bersar dimana di Uni Soviet muncul tokoh Lenin dari paham komunisme, di Itali muncul paham fasis rezim Musolini.

Di Uni Soviet yang lahir karena perjuangan kelas antara kelas proletar dengan kelas borjuis. Dan mengakibatkan otoriterisme kelas proletar.

Kejadian diseluruh duania tersebut menimbulkan perang dingin antar blok, blok barat dipimpin oleh AS dan Blok Timur di pinpim oleh Soviet.

Dengan perang ideologi yang berdalil kepentingan ekonomi. Hal tersebut berdampak pada negera-negara di duni misal di Korea menjadi pecah antara Korea Selatan dan Korea Utara (Komunis), di Jerman kota Berlin menjadi dua yang dibatasi tembok besar yaitu Berlin Barat dan Berlin Timur.

Dalam perkembangan era imperalisme kolonial berubah bentuk menjadi developmentalisme. Era ini di dominasi oleh negara maju terutama Amerika. Dengan memperalat lembaga-lembaga internasional seperti World Bank, IBRD, IMF, UNDP dll, yang semua itu didominasi dengan suara Amerika.
Dengan kemajuan IPTEK, Amerika mencoba melakukan pernjajagan bagi seluruh dunia untuk dikuasi. Dengan pengetahuan yang dijadikan alat kekuasaan, seperti munculnya perjanjian TRIPs.

Di era developmentalisme isu yang berkembang saat itu adalah modernisasi yang di isukan oleh Amerika sebagai ukuran kemajuan suatu bangsa. Dimana negara berkembang hanya menghasilkan permasalahan yang akan diselesaikan oleh negara maju, negara berkembang berperan sebagai pelaku saja, sedangkan ukurannya melihat negara maju.
Dari perjanjian-perjanjian yangd itelorkan lewat GATT misalnya, gimana peran negara berkembang hanya sebagai obyek. Di bidang pertanian seperti yang sudah di jelaskan diatas dimana terjadi Bio Imperalisme negara maju terhadap negara berkembang.
Modernisasi disuatu negara Indonesia misalkan, mengakibatkan pembangunan yang tidak merata dan terjadinya urbanisasi. Orang yang miskin semakin termarjinalkan oleh modernisasi tersebut.

Amerika berusaha mengenalkan produk-produknya didunia dengan isu moderinsasi, dan membuat penyeragaman-penyeragaman. Di Indonesia dijadikan pasar yang strategis dengan penduduk yang 200 juta lebih. Kalau di era kolonial yang memenangkan adalah paling kuat fisik atau persenjataan perang, di era developmentalisme penindasan terhadap negara berkembang agak halus dengan kepentingan ekonomi. Yang sebernarnya imperalisme kolonial sudah dijadikan persiapan/langkah awal (diikuti) dengan kepentingan ekonomi, hanya saja bedanya kepentingan ekonomi tersebut tidak kelihatan, yang terlihat hanyalah kekerasan fisik.

Perkembangan delevopmentalisme yang sangat pesat yang kemudia menimbulkan paham developmentalisme yaitu neo liberalisme. Bahwa kebebasan setiap individu di lindungi oleh negara, saat itulah muncul kapitalisme birokrat/negara. Di Indonesia kesempatan ini digunakan oleh Presiden Soeharto dengan nepotisme besar-besaran. Dan selama 32 tahun (yang akhirnya harus tumbang dengan munculnya reformasi) memanfaatkan kekuasaannya secara mutlak.

Paham neo liberal sama besarnya dengan sebelumnya, hanya saja yang bekerja diera tersebut adalah uang/fenance atau lebih dikenal dengan kapitalisme fenac.
Selama perkembanganya pahan tersebut berkembang menggunakan berbagai alat untuk melakukan imperalisme secara halus. Bank Dunia melalui IMF misalkan, dengan agenda-agendanya memaksa negara (yang membuat kesepakatan dengannya) untuk melakukan kebijakan yang di buat oleh lembaga tersebut. Di Indonesia IMF memaksa untuk melakukan tiga kebijakan yaitu, rekapitulasi bank-bank, privatisasi BUMN dan pencabutan berbagai subsidi, yang akhirnya Indonesia terjebak untang yang sangat besar.

Membagun Modal Nasional
Watak kejam kapitalisme sudah tidak dapat di kompromikan lagi, saat ini yang bisa dilakukan adalah memunculkan dan menguatkan modal yang mempunyai rasa nasionalisme besar. Bahwa kepentingan nasional harus diutamakan. Di Industri rokok yang mengakomodir pekerja paling banyak harusnya bisa menjadi kekuatan modal nasional, dimana antara petani tembakau dan pabrik bisa bekerja sama. Maka sangat di sayangkan ketika PT Sampoerna harus di jual ke Philip Moris, kini hanya ada Djarum Black dan PT Gudang Garam, di bidang Industri rokok yang menjadi kekuatan modal di Indonesia.

No comments: